Review Buku " I'm a Hero"

 



Judul Buku       : I’M A HERO

Penulis             : Solikhin Abu Izzuddin

Penerbit          : Pro-U Media

 

Kurang lebih 3 (tiga) bulan aku menuntaskan buku ini karena banyak aktivitas yang men-distrcak fokusku.

Buku yang berjudul “I’m Hero”, adalah buku yang ku beli di tahun 2020 ketika masa PPL. Meskipun buku ini sudah ku baca di tahun itu, tapi tak ada  salahnya jika di tahun 2024 aku membacanya ulang.

Mengapa aku membacanya ulang?

Ya, karena aku tak ingin dulu membeli buku baru (meskipun udah banyak kumpulan list buku..wkwkwk) dan ingin mencoba kembali me-refresh buku-buku yang sudah ku baca dulu.

Karena seringnya manusia itu suka lupa akan hal-hal yang berharga, salah satunya ilmu dan hikmah yang ada di dalam buku. Itulah alasan ku membaca kembali buku-buku yang sudah pernah dibaca.

Kembali lagi pada pembahasan review buku I’m a Hero. Buku “I’m a Hero”, adalah buku yang banyak membahas tentang manusia yang ingin menjadi “super Hero” di dalam hidupnya.

Sebab, untuk menjadi super hero bukan berarti kita harus merubah penampilan menjadi sosok super hero. Melainkan, karakter diri dari super hero lah yang harus dimiliki oleh setiap manusia.

Karena jika diibaratkan, super hero itu seperti seseorang yang memiliki jiwa kesatria, tangguh, dan bisa juga menjadi pahlawan.

Sehingga, manusia yang memiliki keinginan untuk menjadi sosok super hero di masa kini yang menjelma menjadi manusia biasa yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

Sosok penulis buku ini, ia banyak menuliskan kisah sejarah para salafus shalih. Dimana kisah-kisah inspiratif di masanya dengan konteks yang berbeda, sesuai dengan hikmah cerita dari setiap sub-judulnya.

Karena sosok penulis adalah seorang aktivis dakwah, maka disetiap diksi yang ia tulis banyak mengandung hikmah kehidupan.

Salah satu contohnya, setiap dari diri kita jangan mau menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Ambil lah peran amanah dakwah.

Meski dalam keterbatasan pun, kita masih bisa melejitkan potensi, asalkan kita memiliki tujuan akhirat yang jelas.

Seperti tukang parkir penjaga sandal di masjid yang rela menjaga sandal hanya dibayar dengan sebuah hadits.

Ia rela hanya dibayar dengan sebuah hadits, karena menurutnya ilmu jauh lebih berharga daripada uang.

“Uang itu penting, tapi bukan segalanya. Jangan sampai kita menuhankan uang, sehingga lupa ada hal-hal lain yang lebih penting untuk kita miliki selain uang”.

Kecintaanya terhadap ilmu mengalahkan kemelekatannya terhadap kesenangan dunia. Karena dengan terus belajar, itu adalah salah satu rasa syukur kita kepada Allah.

Lalu, bagaimana cara kita belajar?

Di dalam buku ini, kita mendapatkan sebuah kalam hikmah dari penulisnya. Bahwasanya dengan kita belajar, itu adalah sebagai salah satu cara untuk mensyukuri potensi dan anugrah yang Allah telah diberikan oleh Allah untuk menebarkan sayap dakwah ke penjuru bumi.

Imam Syafi’i mengajarkan kepada kita, bahwa apa yang kita dengar, apa yang kita lihat, dan yang kita rasakan itu semua sebagai medan pembelajaran.

Imam Syafi’i membagi waktu kedalam 3 hal”

1.      Sepertiga pertama untuk menulis

2.      Sepertiga kedua untuk shalat

3.      Sepertiga terakhir untuk tidur

Nah, itulah yang dinamakan “Super Hero” keren, kan?

Bisakah kita menjadi hero “Versi kita?”

Ya, tentunya bisa.

Untuk menjadi super hero, maka dibutuhkan sebuah niat yang kuat untuk terus memperbaiki diri. Tentunya dengan cahaya iman yang nantinya dapat membakar semangat yang ada di dalam diri.

Namun, melejitkan diri jangan sampai meninggalkan amanah dari Sang Ilahi.

Yups, amanah untuk menjadi seorang khalifah yang membawa risalah dakwah di muka bumi ini.

Apapun potensi yang dimiliki oleh kita, terus lakukanlah dengan baik versi diri kita masing-masing.

Karena untuk menjadi seorang kesatria, bukan uang ataupun ukuran badan yang besar. Melainkan dengan iman, ilmu, serta aksi nyata.

Itulah yang dinamakan dengan super hero yang sesungguhnya.

Siap jadi Super Hero Masa Kini?

 

 

 

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merubah Hidup Dengan 3 M (Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil, dan mulai dari sekarang)

Belajar Dari Sebutir Debu